Popular Posts

About

RSS

Pages

DESA TUMPAH DARAH KU


        Aku di lahirkan di desa jaddih, desa kecil yang terletak di selatan kabupaten Bangkalan. Mungkin banyak orang yang malu tinggal di desa, namun tidak dengan ku, aku malah bangga biasa tinggal di desa karena aku pikir  di desa aku bisa  memperoleh ketenangan jiwa tidak seperti kehidupan kota yang sarat akan persaingan dan sikap individualism. Di desa aku bias hidup berkelomokmsaling membantu dan saling menghargai satu sama lain kehidupan seperti ini jarang sekali kita temui. 
 

Di desaku yang kecil namun penuh sejuta keindahan ini, banyak pelajaran yang aku dapat darinya kekompakan warganya yang sangat aku kagumi, seperti ketika ada tetangga yang meninggal maka para tetangga dating kerumah duka untuk mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga yang di tinggalkan. Tetangga perempuan begitu kompak untuk membantu urusan dapur sedangkan sebagian tetangga laki-laki mengurusi proses penguburan mulai dari peralatan yang di butuhkan untuk mengurusi jenazah tersebut, karena biasanya di desaku diakan kas untuk pembelian peralatan untuk mengurusi jenazah yang disebut dengan SENOMAN dimana masyarakat memberikan uang seikhlasnya kepada amil masjid setelah terkumpul uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan untuk mengurusi jenazah, ke,udian system kerjanya adalah ketika ada warganya meninggal maka tinggal mengambil ke masjid perlengkapan untuk mengurusi jenazah tersebut. Itu lah salah satu kekompakan warga di desaku, semua berlaku system demokratis, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Selain terkenal dengan kekompakannya, di desaku juga terkenal dengan tempat yang biasanya di gunakan untuk rekreasi oleh sebagian warganya, apalagi ketika perayaan hari lebaran biasanya tempat ini selalu ramai di kunjungi warga khususnya pemuda-pemudi. Kami menyebutny “ Gunung jaddih” walaupun kami tau bahwa itu bukan gunung, melainkan batu sedimen atau endapan batu kapur yang terbentuk secara alamiah sejak beribu-ribu tahun lamanya. Tidak hanya sebagai tempat pariwisata, namun gunung jaddih juga menjadi sumber penghasilan bagi sebagian warga disini,
Selain itu, namanya juga desa pasti masih penuh dengan tumbuhan hijau daun penyelamat bumi kita, begitu juga di desa ku sejauh mata memandang masih tampak jelas tumbuhan berbaris rapi di setiap sudut mata, alhasil udara di desaku juga masih terpelihara dengan baik, kesejukan khas desa masih bisa ku rasakan seiring berjalannya waktu dan arus globalisasi yang terus menggrogoti tubuh rentan budaya kita. Itu lah yang membuat aku betah tinggal di desa kecil ku ini.
Tradisi nenek moyang pun masih kental kurasakan sampai saat ini, karena warga sekitar sebagian masih ada yang melaksanakannya, seperti “ROKATAN”. Rokatan adalah salah satu tradisi yang masih ada di desaku sampai saat ini, rokatan biasanya di tempat-tempat yang terdapat makam sesepuh atau makam orang yang ahli ibadah, yang dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci al-qur’an kemudian di lanjutkan dengan arak-arakanmenuju lokasi acara dengan membawa berbagai macam makanan dari setiap keluargan sesampainya disana semua makanan di jadikan satu kemudian membaca do’a tahlil secara bersama, barulah makanan di bagikan kepada setiap orang yang hadir disana. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memohon ridho kepada ALLAH.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar