A.Jiwa
Proses pertama transformasi
atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah
dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan
tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya
kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan
pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
B.Konsentrasi
Pengertian : konsentrasi secara harfiah
berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat mengalir
bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.
Persiapan seorang actor:
Seorang actor harus punya pusat perhatian
(konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat
latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup
menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda
harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati
suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian dalam
diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh.
Seorang actor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di
atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik
perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul
dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan
ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.
Umumnya orang
tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang
dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak
bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tidak
sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang
mereka dengar.
Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan
ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya,
lebih halus dan lebih dalam.
Tapi kita tidak bisa memaksakan pada
seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang
bisa ia kembangkan.
Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak
bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna
dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu anda
mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan
landasan bagi kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan
langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat diperoleh hanya
kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara
inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara
kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang
mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena
biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita
melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat
pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini
secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan
disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang
berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan
seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus
ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki
arti yang mendalam.
Terakhir, actor harus bisa mengontrol
kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan
karakter yang diperankannya.
C.Observasi dan Empati
Observasi atau mengamati berarti tanggap
akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat,
objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang
actor. Ketika mengamati orang-orang actor seharusnya membuat catatan-catatan
ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat
membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah
struktur permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging
dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat terjadi antara actor dan
penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor. Sebagai
contoh, saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respon
empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya.
Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi)
adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang
actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium,
mendengar, dan merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam
aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara benar
seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera
(senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung menjadi
suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang actor harus
menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mempelajari karakter
manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru
saat berada di atas panggung.U
2.
ntuk menstimulasi kreatifitas
imajinasi.
3.
Untuk menggabungkan
beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan
seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.
0 komentar:
Posting Komentar